steven gerrard

inspirasi bagi yang suka untuk bermain sepakbola,,,,,, hahahahahaha,,,,

Kamis, 26 Maret 2009

Konsep, Konstruk, dan Variabel

Konsep, Konstruk, dan Variabel

Peneliti bekerja dari tahap konsepsional ketahap operasional. Seperti, “Doa menimbulkan kesejahteraan pada orang yang didoakannya”. Ini adalah hipotesis yang terdiri dari dua konsep, “Doa” dan “Kesejahteraan”, disambungkan dengan kata menunjukkan hubungan diantara dua konsep, yakni “Menimbulkan”. Semua konsep tersebut bersifat abstrak. Dalam tahap kedua, peneliti mengalihkan konsep abstrak itu menjadi variabel yang dapat diamati.

Konsep adalah abstraksi yang dibentuk dengan menggeneralisasikan hal-hal khusus (Kerlinger, 1971: 28). Bila konsep ini secara sengaja dan secara sadar dibuat serta dipergunakan untuk tujuan ilmiyah, ia disebut konstruk. “Kecerdasan” adalah “konsep”, tetapi setelah pengertiannya dibatasi secara khusus sehingga dapat diamati, ia berubah menjadi konstruk. Dengan kata lain, konstruk adalah konsep yang dapat diamati dan ukur.

Suatu konstruk mempunyai sifat yang berlainan. Ada dua sifat buat konstruk jenis kelamin: Laki-laki, Perempuan. Lima sikap untuk sikap pada pemerintah: Sangat Suka, Suka, Tidak Tahu, Benci, Sangat Benci. Bila nilai-nilai tertentu kita berikan pada sifat-sifat suatu konstruk, konstruk itu sekarang menjadi variabel. Pendeknya, variabel adalah konstruk yang sifat-sifatnya sudah diberi nilai dalam bentuk bilangan.

Untuk mengukur variabel “pemarah” kita dapat membuat skala dari 1 ke 5, dimana (1) tidak pemarah dan (5) sangat pemarah, berdasarkan banyaknya nilai, ada variabel dikotomi (dua nilai) atau politomi (banyak nilai). Dalam penelitian, variabel dibagi dalam tiga kategori: variabel bebas dan tidak bebas, variabel aktif dan variabel atribut, variabel kontinyu dan variabel kategoris/ diskret.

  1. Variabel Bebas dan Tidak Bebas

Penelitian mencari sebab dan akibat dalam suatu gejala atau mencari hubungan di antara berbagai faktor. Variabel yang diduga sebagai penyebab atau pendahulu dari variabel yang lain disebut variabel bebas. Variabel yang diduga sebagai akibat atau yang dipengaruhi oleh variabel yang mendahuluinya disebut variabel tidak bebas. Bila X maka Y, X adalah variabel bebas dan Y adalah variabel tidak bebas.

  1. Variabel Aktif dan Variabel Atribut

Dalam penelitian ekperimental, kita berhadapan dengan variabel yang dapat kita manipulasi dan variabel yang sudah jadi dan tidak dapat kita kendalikan. Satu-satunya cara meneliti variabel atribut tentu ialah mengelompokkan subjek penelitian dalam kategori variabel atribut tertentu dan membandingkannya dalam subjek penelitian dalam kategori atribut yang lain.

  1. Variabel Kontinyu dan Variabel Kategoris/ Diskret

Dalam statistik dibedakan pula antara variabel kontinyu dan variabel diskret. Variabel kontinyu adalah variabel yang secara teoritis dapat mempunyai nilai yang bergerak tak terbatas antara dua nilai. Variabel diskret hanya mempunyai satu nilai tertentu saja.

  1. Hipotesis

Dalam model tradisional ilmu, kita melihat bagaimana dari kasus-kasus observasi kita simpulkan sebuah teori melalui proses induksi. Selanjutnya dari teori kita dapat menjabarkan proposisi-proposisi baru melalui proses deduksi. Teori tidak dapat diuji, teori harus dirinci menjadi proposisi-proposisi. Proposisi seperti ini disebut hipotesis. Hipotesis sering disebut statement of theory in testable form, atau tentative statements about reality (Champion, 1981: 125).

Dengan demikian, hipotesis menghubungkan teori dengan dunia empiris. Kegagalan merumuskan hipotesis akan mengaburkan hasil penelitian. Hipotesis yang abstrak bukan saja membingungkan prosedur penelitian, tetapi juga sukar diuji secara empiris. Hipotesis yang abstrak biasanya ‘dibuktikan’ kebenarannya, bukan dengan data empiris, tetapi dengan interpretasi subjektif.

George dan Hatt (1952: 67-73) menjelaskan ciri-ciri hipotesis yang baik, yaitu: (1) Hipotesis harus jelas secara konseptual, (2) Hipotesis harus mempunyai rujukan empiris, (3) Hipotesis harus bersifat spesifik, (4) Hipotesis harus dihubungkan dengan teknik penelitian yang ada, dan (5) Hipotesis harus berkaitan dengan suatu teori.

  1. Pengukuran

  1. tingkat pengukuran (Scales of Measurement)

Pengukuran adalah penggunaan aturan untuk menetapkan bilangan pada objek atau peristiwa. Dalam penelitian, kita kenakan pengukuran pada variabel yang kita pelajari. Dengan kata lain pengukuran menandai nilai-nilai variabel dengan notasi bilangan. Notasi bilangan ini dilakukan secara sistematis dan taat asas. Pengaturan penggunaan notasi bilangan dalam pengukuran disebut skala atau tingkat pengukuran.

SKALA NOMINAL. Skala nominal hanya mengelompokkan peristiwa dalam kategori tertentu. Perbedaan bilangan itu hanyalah menunjukkan perbedaan kualitatif dan bukan kuantitatif. Banyak variabel dalam penelitian sosial menggunakan skala nominal. Skala ini mempunyai dua ciri. (1)kategori data bersifat mutually exclusive (satu objek masuk hanya pada satu kelompok saja, (2) kategori tidak disusun secara logis.

SKALA ORDINAL, yakni bilangan yang menunjukkan tingkat. Pada dua ciri skala nominal, skala ordinal hanya menambahkan satu ciri: kategori data disusun berdasarkan urutan logis dan sesuai dengan besarnya karakteristik yang dimiliki.

SKALA INTERVAL; skala ini memiliki satu ciri tambahan pada skala ordinal: urutan kategori data mempunyai jarak yang sama. Skala interval mempunyai ciri matematis additivity, artinya kita dapat menambah atau mengurangi. Dengan begitu, skala interval tidak memungkinkan kita melakukan proses pembagian atau perkalian, untuk itu kita harus menggunakan skala rasio.

SKALA RASIO; Skala rasio mempunyai semua sifat-sifat skala interval ditambah adanya titik nol mutlak (fixet zero point). Dalam penelitian sosila sukar kita mencapai skala rasio,

  1. Kecematan Pengukuran

Bila peneltian sudah mulai mengukur gejala yang ditelitinya, ia berhadapan dengan persoalan-persoalan reabilitas dan validitas alat ukur yang dipergunakannya. Dalam penelitian ilmiyah, kedua syarat ukur ini sangat penting. Tanpa keduanya penelitian tidak lagi bersifat ilmiyah.

Reabilitas, artinya memilikisifat dapat dipercaya. Suatu alat ukur dikatakan memiliki reliabilitas apabila dipergunakan berkali-kali oleh peneliti yang sama atau oleh peneliti yang lain tetap memberikan hasil yang sama (Forcese dan Richer, 1973: 71). Ada tiga cara menentukan reliabilitas: antaruji, antarbutir, antarpenilai. Cara pertama untuk menguji reliabilitas ialah membandingkan beberapa hasil pengukuran dari populasi yang sama pada yang berbeda atau peneliti yang lain. Perbandingan itu dihitung untuk mencari angka korelasinya. Bila perbedaan itu hanya secara kebetulan saja, pengukuran memiliki korelasi yang signifikan. Pada cara kedua, alat ukur yang terdiri dari sekian butir tes dibagi dua. Ini disebut metode belah dua (split-half-prosedure). Pada cara yang ketiga, responden yang sama diukur, diuji dan diamati oleh beberapa orang penguji. Skor yang diberikan oleh setiap penguji kemudian dikorelasikan. Reliabilitas antarpenilai biasanya dinyatakan dengan angka kesepakatan di antara penilai.

Validitas. Sebenarnya kita tidak pernah mengujur objek. Yang kita ukur adalah sifat-sifat objek.

  1. Ikhtisar

Penelitian menggunakan konsep, konstruk, dan variabel. Konsep adalah abstraksi yang dibentuk dengan menggeneralisasikan hal-hal khususi. Bila konsep dirumuskan dalam pernyataan yang dapat diamati, ia disebut konstruk. Kepada konstruk dapat dikenakan nilai yang bermacam-macam. Konstruk yang sudah diberi nilai disebut variabel.

Variabel dapat dikategorikan pada, variabel bebas dan tidak bebas, variabel aktif dan variabel atribut, variabel kontinyu dan variabel kategoris/ diskret.

Unsur lain yang penting dalam penelitian adalah hipotesis. Hipotesis harus didefenisikan secara jelas, mempunyai rujukan empiris, bersifat spresifik, dihubungkan dengan teknik penelitian yang ada, dan berkaitan dengan suatu teori.

Erat dengan pengujian hipotesis ialah pengukuran. Pengukuran adalah penggunaan lamabang untuk menunjukkan suatu peristiwa menurut peraturan tertentu. Ada empat skala pengukuran; nominal, ordinal, interval, dan rasio. Kecermatan pengukuran dilakukan dengan mengukur reliabilitas dan validitas. Reliabilitas menunjukkan stabilitas, konsistensi, dan dependabilitas alat ukur. Validitas berarti kesucian alat ukur dengan apa yang hendak kita ukur. Ada tiga macam validitas; validitas isi, validitas prediktif, dan validitas konstruksi.

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda